Senin, 03 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN INDERA PENGLIHATA GLAUKOMA

BAB I
KONSEP DASAR

A.     Pengertian
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokular yang meningkat sangat tinggi (Mansjoer, 1999 : 59)
Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang pandang (Ilyas, 2004 : 212)
Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokular yang diakibatkan oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang menghambat aliran keluar normal aqueous humor. Peningkatan tekanan ini menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan (Carpenito, 1999 : 306)
Glaukoma adalah peningkatan abnormal tekanan intraokular (lebih dari 20 mmHg), yang menyebabkan penekanan saraf optikus sehingga menyebabkan kematian serat-serat saraf (Elizabeth, 2001: 219)
Berbagai pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian Glaukoma adalah penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (lebih dari 20 mmHg) ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas.

B.     Klasifikasi dan Etiologi Glaukoma
1.      Glaukoma primer
a.       Glaukoma sudut terbuka
Etiologi : Idiopatik, diduga karena faktor hereditas (Reeves, 2001 : 10)
b.      Glaukoma sudut tertutup
Etiologi : infeksi atau cidera (Elizabeth, 2001 : 220)
2.      Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder akibat dari infeksi, katarak, tumor atau pendarahan, penyakit diabetes militus, hipertensi, kelainan lensa (luksasi, pembengkakan/intumesen, fakolitik), kelainan uvea (uveitis, tumor), trauma, pembedahan dan penggunaan kortikosteroid topikal berlebihan.  (Reeves, 2001 : 10)
3.      Glaukoma Kongenital
Kongenital primer atau glaukoma infatil, glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital lain (Ilyas, 2004 : 212)
4.      Glaukoma Absolut
Hasil akhir dari suatu glaukoma yang tidak terkontrol lagi berupa mengerasnya bola mata, berkurangnya tajam penglihatan sampai nol dan nyeri. Rata-rata glaukoma absolut terjadi setelah serangan pertama, apabila pasien tidak mau diobati atau dioperasi, salah diagnosis, salah penanganan atau pengobatan (Ilyas, 2004 : 212-213)

C.     Manifestasi Klinis
Menurut Barbara C. Long (1996 : 264) manifestasi klinis dari glaukoma adalah sebagai berikut :
  1. Glaukoma primer
a.       Glaukoma sudut terbuka
Pada tahap awal biasanya tanpa gejala dan tanda, penglihatan hilang perlahan sebelum penglihatan sentral, nyeri mata yang tumpul dan menetap, sulit menyesuaikan terhadap kegelapan, kegagalan menemukan perubahan warna, sakit kepala, penglihatan kabur.
b.      Glaukoma sudut tertutup
Akut, nyeri berat yang melelahkan, penglihatan menurun, pupil membesar dan mati, mata merah, bayangan warna sekitar cahaya, kornea beruap, kebutaan menetap bila peningkatan tekanan intraokular selama 24-48 jam.
  1. Glaukoma sekunder
Dapat mirip dengan sudut terbuka dan tertutup, tergantung pada penyebabnya.

D.    Patofisiologi
Tekanan intraokular dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor aqueous yang terus menerus di rongga interior. Cairan yang terbentuk di dalam badan siliar mata mengalir diantara ligament atau penggantung lensa, kemudian melintasi pupil, lalu masuk ke dalam bilik mata depan (ruang antara kornea dan iris), selanjutnya cairan mengalir pada sudut antara kornea dan iris melalui jaringan laba-laba yang terbuka sangat kecil yang disebut trabekular. Akhirnya cairan masuk melalui schlemn ke dalam vena-vena ekstraokular.
Pada mata normal tekanan intraokular tetap konstan dan bervariasi dalam rentang 2 mmHg. Tekanan intraokular normal kurang lebih 15 mmHg dengan rentangan 12-20 mmHg. Glaukoma dapat terjadi bila ada habatan dalam pengaliran humor aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Bila tekanan terus meningkat dapat mengakibatkan ischemik dan matinya neuron-neuron mata sehingga mengakibatkan degenerasi nervus optikus dan berakhir dengan hilangnya penglihatan sampai pada kebutaan (Reeves, 2001 : 8-9).
 



E.     Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian keperawatan menurut Dongoes (2000 : 412) meliputi :
1.      Aktifitas/istirahat
Gejala : perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
2.      Makanan/cairan
Gejala: mual/muntah
3.      Neurosensori
Gejala: gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), fotobia, kehilangan penglihatan perifer.
4.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair, nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.
5.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat keluarga glaukoma , diabetes, riwayat stress, alergi, terpanjan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazid.
Sedangkan fokus pengkajian keperawatan menurut Barbara C Long (1996 : 266) meliputi :
1.      Penglihatan
a.       Ketajaman penglihatan : Snelen Chart bila tersedia, membaca jarak jauh, membaca jarak dekat.
b.      Lapang pandang : test konfrontasi
c.       Adanya bayangan sekitar cahaya (halo)
2.      Ketidaknyamanan
a.       Nyeri mata (tumpul, berat)
b.      Sakit kepala
c.       Mual dan muntah

F.      Fokus Intervensi
1.      Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori, gangguan status organ indera (Dongoes, 2000 : 419)
Tujuan : penglihatan tidak berlanjut berkurang
Kriteria hasil : mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
a.       Pastikan derajat /tipe kehilangan penglihatan
Rasional : mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi (Dongoes, 2000 : 419)
b.      Dorong mengekspresikan perasaaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan (Dongoes, 2000 : 419)
Rasional : mengcegah kebutaan dan pasien menghadapi kemungkinan kehilangan penglihatan sebagian atau total, kehilangan lebih lanjut dapat dicegah
c.       Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan
Rasional : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan penurunan lapang pandang (Dongoes, 2000 : 419)
d.      Ajarkan pemberian tetes mata
Rasional : mengontrol tekanan intraokular, mencegah kehilangan penglihatan lebih lanjut (Dongoes, 2000 : 419)
e.       Orientasikan ruang dan lingkungan perawatan
Rasional : menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan penurunan lapang pandang (Carpenito, 1999 : 240)
f.        Kolaborasi pemberian obat (Pilokarpin hidroklorida/asetalozamid)
Rasional : menurunkan pembentukan dan memudahkan keluarnya aqueous humor, tanpa mengubah ukuran pupil, penglihatan atau akomodasi (Dongoes, 2000 : 419)
2.      Ansietas (cemas) berhubungan dengan kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan, adanya nyeri, perubahan status kesehatan (Dongoes, 2000 : 420)
Tujuan : cemas dapat berkurang dan pasien dapat mengenal keadaan dimana matanya perlu pengobatan.
Kriteria hasil : pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi, menggunakan sumber secara efekitif.
Intervensi :
a.      Kaji tingkat ansietas
Rasional : mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, dan mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol tekanan intraocular (Dongoes, 2000 : 421)
b.      Berikan informasi yang akurat dan jujur
Rasional : menurunkan tingkat kecemasan sehubungan dengan ketidaktahuan dan memberikan informasi tentang pengobatan (Dongoes, 2000 : 419)
c.       Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
Rasional : memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah (Dongoes, 2000 : 419)
d.      Identifikasi sumber atau orang yang menolong
Rasional : memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah (Dongoes, 2000 : 419)
e.       Diskusikan cara atau sosialisasi dalam pengambilan peran
Rasional : peningkatan sosialisasi dapat meningkatkan harga diri dan penurunan ansietas (Carpenito, 1999 : 308)
f.        Rujuk pada pelayanan diluar sesuai kebutuhan
Rasional : memberikan informasi dan dukungan lain, serta memungkinkan pasien berinteraksi dengan orang yang mengalami masalah demikian (Carpenito, 1999 : 308)

3.      Nyeri : kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokular (Dongoes, 2000 : 764).
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : menunjukkan tindakan santai dan pasien kelihatan rileks
a.       Kaji tingkat nyeri, karakteristik, lokasi
Rasional : Dengan menentukan dan mengatahui lokasi, karakteristik dan derajat nyeri maka dapat mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi terhadap nyeri (Dongoes, 2000 : 765).
b.      Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional : dapat mengurangi stress pasien dan meningkatkan kemampuan koping (Dongoes, 2000 : 190).
c.       Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : tindakan yang menyebabkan rileksnya tubuh dan memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan kemampuan koping dalam manejemen nyeri (Dongoes, 2000 : 765).
d.      Anjurkan untuk menghindari pencetus nyeri seperti berdiri terlalu lama
Rasional : menurunkan ketegangan dan mempertahankan posisi yang tepat dan mencegah stress yang tak diperlukan (Dongoes, 2000 : 783).
e.       Catat nyeri yang dirasakan dan efek sampingnya
Rasional : variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.  Pernafasan mungkin meningkat sebagai akibat nyeri berhubungan dengan cemas (Dongoes, 2000 : 86).
f.        Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : diberikan untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot (Dongoes, 2000 : 766).
4.      Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan, defisit lapang pandang (Carpenito, 1999 : 240)
Tujuan : cidera tidak terjadi
Kriteria hasil : mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko cidera dan meragakan tindakan keamanan untuk mencegah cidera.
Intervensi :
a.       Orientasikan pasien pada lingkungan sekitar
Rasional : menekankan keamanan dan membantu menurunkan cidera (Carpenito, 1999 : 240)
b.      Berikan pencahayaan yang cukup pada ruang perawatan
Rasional : menekankan keamanan dan membantu menurunkan cidera (Carpenito, 1999 : 240)
c.       Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah dengan bagian semua tempat tidur terpasang pengaman
Rasional : menekankan keamanan dan membantu menurunkan cidera (Carpenito, 1999 : 240)
d.      Intruksikan pasien agar tidak menggunakan sepatu atau sandal berhak tinggi
Rasional : penggunaan alat bantu  yang tidak tepat dapat menyebabkan jatuh (Carpenito, 1999 : 241)
e.       Anjurkan pasien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah (singkirkan lemari)
Rasional : menghilangkan bahaya untuk membantu aktifitas sehari-hari (Carpenito, 1999 : 241)
5.      Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya luka post operasi (Dongoes, 2000 : 415)
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
a.       Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : dapat mengidentifikasi timbulnya infeksi lokal (Dongoes, 2000 : 774)
b.      Lakukan teknik septik dan aseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : teknik septik dan aseptik dapat menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang (Dongoes, 2000 : 415)
c.       Observasi tanda-tanda vital
Rasional : suhu pada malam hari memuncak yang kembali normal pada pagi hari adalah karakteristik infeksi, demam lebih dari 380 C segera setelah pembedahan menandakan infeksi luka (Dongoes, 2000 : 502)
d.      Anjurkan pasien untuk tidak memegang dan menggaruk mata
Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi (Dongoes, 2000 : 415)
e.       Lakukan perawatan luka secara rutin
Rasional : mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi (Dongoes, 2000 : 502)
f.        Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik seprektrum luas dan topikal dapat digunakan secara profilaktik atau dapat ditujukan pada mikroorganisme khusus (Dongoes, 2000 : 416)
6.      Resiko ketidakpatuhan : program pengobatan berhubungan dengan efek samping negatif dari terapi yang diberikan (Carpenito, 1999 : 308)
Tujuan : pasien paham dan mengikuti program pengobatan
Kriteria hasil : mengungkapkan niat untuk memenuhi pengobatan yang dianjurkan setelah pulang, mengidentifikasi sumber-sumber pendukung untuk membantu kepatuhan dan menyebutkan potensial komplikasi ketidakpatuhan.
Intervensi :
a.       Identifikasi faktor  yang dapat memprediksi ketidakpatuhan
Rasional : secara tebuka memaparkan kendala terhadap kepatuhan dapat mengurangi ketidakpatuhan (Carpenito, 1999 : 308)
b.      Tekankan pentingnya mentaati program pengobatan dan memberitahu tenaga kesehatan bila tak mampu melakukanya
Rasional : memberikan motivasi dalam program pengobatan yang sering untuk mentaati rutinitas yang kadang-kadang kompleks (Carpenito, 1999 : 308)
c.       Tekankan bahwa peningkatan tekanan intraokular bisa saja tanpa gejala
Rasional : tidak adanya gejala sering mendorong ketidakpatuhan (Carpenito, 1999 : 308)
d.      Diskusikan efek kehilangan penglihatan atau kebutaan klien pada anggota keluarga dan orang terdekat
Rasional : menekankan dampak potensial kehilangan penglihatan pada orang pendukung klien dan mendorong kepatuhan pasien (Carpenito, 1999 : 309)
e.       Libatkan anggota keluarga dan orang terdekat dalam sesi penyuluhan, dengan tepat
Rasional : anggota keluarga dan orang terdekat dapat mengerti ganguan dan program pengobatan sehingga membantu klien mencapai kepatuhan (Carpenito, 1999 : 309)
f.        Diskusikan strategi untuk memperbaiki kepatuhan program pengobatan
Rasional : melibatkan klien dalam perencanaan program pengobatan dan membantu menjamin kepatuhan (Carpenito, 1999 : 309)
g.       Tekankan bahwa akhirnya semua adalah pilihan dan tanggung jawab klien untuk mentaati rencana pengobatan
Rasional : menekankan kemampuan pengambilan keputusan dan tanggung jawab klien dapat menguatkan perasaan control dan penentuan diri (Carpenito, 1999 : 309)
7.      Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurang mengenal sumber, kurang mengingat, salah interprestasi informasi (Dongoes, 2000 : 421-422)
Tujuan : pasien mengetahui mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, pengobatan dan melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
a.       Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi (contoh gelang waspada medik)
Rasional : menurunkan resiko menerima obat yang dikontraindikasikan (atropin) (Dongoes, 2000 : 421)
b.      Tunjukkan teknik yang benar penggunaan tetes mata
Rasional : meningkatkan keefektifan pengobatan (Dongoes, 2000 : 421)
c.       Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat
Rasional : mempertahankan konsistensi program obat, dan mengontrol tekanan intraokular (Dongoes, 2000 : 421)
d.      Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan ancaman kesehatan yang berat (Dongoes, 2000 : 422)
e.       Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
Rasional : menurunkan respon emosi terhadap stress, mencegah serangan akut (Dongoes, 2000 : 422)
f.        Dorong untuk menghindari aktifitas yang berat
Rasional : mencegah peningkatan tekanan intraokular dan serangan akut (Dongoes, 2000 : 422)










Satuan Acara Pendidikan Kesehatan

Topik                        : Perawatan Post Operasi Glaukoma
Sub pokok bahasan   : Hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu di hindari post      operasi glaukoma
Waktu pelaksanaan   : 20 menit
Tempat                      : Zall Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali
Pelaksana                  : Anjar Hariyanto
Sasaran                     : Pasien dan keluarga
        I.      Tujuan intruksional umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan di harapkan pasien dan keluarga memahami tentang pentingnya perawatan post operasi glaukoma.
     II.      Tujuan intruksional khusus
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan pasien dapat :
1.      Memahami hal-hal yang perlu di hindari post operasi glaukoma
2.      Memahami hal-hal yang perlu di perhatikan post operasi glaukoma
   III.      Materi
1.      Hal-hal yang perlu di hindari post operasi glaukoma
2.      Hal-hal yang perlu diperhatikan post operasi glaukoma
  IV.      Pelaksanaan
Tahapan
Waktu
Kegiatan
Respon Audience
Pendahuluan
5 menit
ü      Memberi salam
ü      Perkenalan
ü      Pengkajian tentang pengetahuan pasien
S :
O :
Pelaksanaan kegiatan
10 menit
Menjelaskan tentang :
ü      Hal-hal yang perlu di hindari post operasi glaucoma
ü      Hal-hal yang perlu di perhatikan post operasi glaukoma
S :
O :
Penutup
5 manit
ü      Menyimpulkan seluruh materi yang diberikan
ü      Evaluasi dan Tanya jawab
S:
O :

     V.      Metode
Ceramah dan Tanya jawab
  VI.      Media
Poster dan liflet
VII.      Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan Tanya jawab



DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart, 2000,” Keperawatan Medika Bedah “, Alih bahasa : Yasmin Asih, EGC, Jakarta

Carpenito L Jual, 1999, “ Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan “ , Alih bahasa : Monica Ester & Setiawan, EGC, Jakarta

Corwin J. Elizabeth, 2001, “ Patofisiologi “, alih bahasa : Dr. Brahm U Pendit, EGC, Jakarta

Dongoes E. Marlynn dkk, 2000, “ Rencana Asuhan Keperawatan “,  Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, EGC, Jakarta

Dongoes E. Marlynn dkk, 1999, “ Rencana Asuhan Keperawatan “, Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, EGC, Jakarta

Illyas Sidarta, 2004, “ Ilmu Penyakit Mata “, FKUI, Jakarta

Manjoer arif, 1999, “ Kapita Selekta Kedokteran Jilid I “, Mediasculapius : Jakarta

Nanda, 2006, “ Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006”, Alih Bahasa : Budi santoso, Prima Medika, Jakarta

Reeves J. Charlene dkk, 2001, “ Keperawatan Medika Bedah “ , Alih bahasa : Joko Setyono, Salemba Medika, Jakarta

Long C. Barbara, 1996, “ Keperawatan Medikal Bedah II “, Alih bahasa ; Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung, Bandung
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar